Evaluasi
Siang itu begitu terik, tetapi semua orang tetap bertahan untuk terus melanjutkan aktivitasnya. Di keramaian pasar tengah kota, terlihat seorang bocah laki-laki gendut memakai sweater hitam berjalan melewati pasar. Vaga namanya, ia kelas 7 SMP. Orang-orang tersenyum remeh sambil memandangnya sebelah mata. Vaga adalah anak yang tidak pandai mengambil sikap dan bersosialisasi, ia sering mengurung dirinya di rumah sebagai zona nyamannya. Di sekolah, ia termasuk siswa yang pintar tetapi malas belajar, ia ditempatkan di lokal yang biasa saja dengan rangking 15 dari 30 siswa. Ia hanya memiliki beberapa teman dan itupun tidak terlalu dekat dengannya. Vaga selalu dikesampingkan mengenai apapun, awalnya dia tak peduli akan hal itu. Tetapi, semakin lama ia diberlakukan seperti itu, ia semakin merasa tak dianggap oleh orang-orang di sekitarnya. Sampai akhirnya salah seorang temannya kesal karena malu berteman dengan Vaga yang selalu dicemooh orang lain, semua teman Vaga pergi darinya dengan meninggalkan luka di dalam hati Vaga. Perasaan Vaga yang rapuh tak membendung tangisnya saat itu juga, ia berlari ke rumahnya dan kembali mengurung dirinya di dalam kamar. Tetapi, kali ini berbeda. Vaga menangis sejadi jadinya sampai larut malam. Di keheningan malam, ia tersadar akan perjalanannya yang jauh, harinya tak akan selesai di sini. Vaga bangun dan shalat tahajjud, ia berjanji ke dirinya sendiri untuk memperbaiki semua ini dan bertarung dengan rasa malasnya.
Vaga mencoba untuk memulai kebiasaan baik seperti olahraga, membaca buku dan berinteraksi dengan warga sekitar rumahnya.
Ia terus melaksanakan kebiasaan itu dengan konsisten.
Tak terasa Vaga telah duduk di bangku kelas 9, Vaga yang kini jauh berbeda dari dirinya 2 tahun yang lalu. Ia dapat duduk di kelas unggul dengan selalu mendapat rangking 3 besar, hampir semua ekstrakurikuler ia kuasai dan ia sering diundang kesana kemari untuk mengikuti perlombaan tertentu. Berkat keterampilannya dalam berinteraksi dengan teman-teman di sekolahnya, ia mendapat banyak teman bahkan diangkat menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Sampai akhirnya ia lulus sebagai siswa terbaik tahun itu. Kita semua punya potensi, tugas kita hanya menggali dan mengasahnya. Bertahan-fokus akan tujuan-berdo'a kepada tuhan-lewati semua tantangan-terbang setinggi awan.
Komentar
Posting Komentar